Minggu, 26 Mei 2013

penulisan kisi-kisi soal



Berdasarkan hasil supervisi dan evaluasi keterlaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2009 yang dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (SMA), masih banyak ditemukan penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan pendidik ternyata belum sepenuhnya menggambarkan tingkat pencapaian kompetensi peserta didik yang sesungguhnya, karena guru: 
1) tidak membuat kisi-kisi dalam pengembangan butir soal; 
2) dalam membuat soal tidak mengikuti kaidah-kaidah penulisan soal yang baik dan benar, sehingga hasil belajar peserta didik belum menggambarkan kompetensi yang ditunttut; 
3) belum membuat soal secara mandiri (hanya mencontoh, mencopy contoh-contoh soal dari guru lain atau dari buku Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dijual dipasaran); dan 
4) tidak melakukan analisis butir soal, sehingga tidak mengetahui indikator/KD mana yang belum mampu dicapai oleh peserta didik. 
Kondisi tersebut di atas antara lain disebabkan karena guru belum memahami dan belum mengembangkan soal, dan menganalisis butir soal sesuai dengan prinsip, mekanisme, dan prosedur penilaian sebagaimana diuraikan di atas.

Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan dan dijadikan pedoman untuk menulis soal. Kisi-kisi yang disajikan dalam bentuk format terdiri atas komponen-komponen: 
  1. Identitas kisi-kisi yang sekurang-kurangnya memuat nama sekolah, mata pelajaran, jenis kurikulum, jumlah soal, bentuk soal, alokasi waktu, dan penyusun soal. 
  2. Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar/Indikator Pencapaian 
  3. Bahan Kelas/Semester 
  4. Materi Pokok 
  5. Indikator Soal 
  6. Nomor soal 

Kisi-kisi yang baik memenuhi kriteria sebagai berikut: 
  1. Mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan proporsional; 
  2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami; 
  3. Kompetensi yang mau diukur atau materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya; 

Indikator adalah karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respons yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik untuk menunjukkan bahwa peserta didik telah memiliki kompetensi dasar tertentu (Rancangan Penilaian Hasil Belajar, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat PSMA, 2008); 

Indikator soal dirumuskan dengan singkat dan jelas. Syarat indikator yang baik adalah: 
  1. Menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus yang tepat); 
  2. Menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif dan lebih dari satu kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan; 
  3. Dapat dibuat soal atau pengecohnya(untuk soal objektif);
  4. Memperhatikan urgensi, kontinuitas, relevansi, dan keterpakaian (UKRK) 
Model penulisan indikator soal terdiri atas dua macam, yaitu: 
  1. Penempatan kondisinya di awal kalimat, dipergunakan jika soal disertai dengan dasar pernyataan (stimulus), misalnya berupa kalimat, paragraf, gambar, grafik, dan lain-lain; 
  2. Penempatan objek dan perilaku yang harus ditampilkan pada awal kalimat, dipergunakan jika soal tidak disertai dengan dasar pernyataan (stimulus). 
Dalam melakukan penulisan butir soal, hendaknya mengacu pada: 
  1. prinsip-prinsip penilaian yaitu sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, acuan kriteria, akuntabel; 
  2. kaidah-kaidah penulisan soal. 

Profesionalisme Guru


Profesionalisme Guru

Pengembangan profesionalisme guru harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Dalam proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan, penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru, imbalan, dll secara bersama-sama menentukan pengembangan profesionalisme seseorang termasuk guru.  Untuk menjadi profesional seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal:
1.       Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya,
2.       Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa,
3.       Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi,
4.       Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya,
5.       Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.
Sosok utuh  kompentensi guru mencakup (a) kemampuan mengenal secara mendalam peserta didik yang dilayani, (b) penguasaan bidang studi secara keilmuan dan kependidikan, yaitu kemampuan mengemas materi pembelajaran kependidikan, (c) kemampuan menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik yang meliputi (i) perancangan pembelajaran, (ii) pelaksanaan pembelajaran, (iii) penilaian proses dan hasil pembelajaran, (iv) pemanfaatan hasil penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran sebagai pemicu perbaikan secara berkelanjutan, dan (d) pengembangan profesionalitas berkelanjutan. Keempat wilayah kompetensi ini dapat ditinjau dari segi pengetahuan, keterampilan dan sikap, yang merupakan kesatuan utuh tetapi memiliki dua dimensi tak terpisahkan: dimensi akademik (kompetensi akademik) dan dimensi profesional (kompetensi profesional). Kompetensi akademik lebih banyak berkenaan dengan pengetahuan konseptual, teknis/prosedural, dan faktual, dan sikap positif terhadap profesi guru, sedangkan kompetensi profesional berkenaan dengan penerapan pengetahuan dan tindakan pengembangan diri secara profesional. Sesuai dengan sifatnya, kompetensi akademik diperoleh lewat pendidikan akademik tingkat universitas, sedangkan kompetensi profesional lewat pendidikan profesi. Kompetensi guru tersebut disajikan sebagai berikut:
  •         Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik mencapai standar kompetensi.
  •             Menguasai ilmu pendidikan, perkembangan  dan membimbing peserta didik.
  •     Menguasai pembelajaran bidang studi: belajar dan  pembelajaran, evaluasi pembelajaran, perencanaan pembelajaran, media pembelajaran dan penelitian bagi peningkatan pembelajaran bidang studi
  •             Mampu melaksanakan praktek  pembelajaran bidang studi.
  •            Memiliki integritas kepribadian yang meliputi aspek fisik-motorik, intelektual, sosial, konatif dan afektif
  •      Kompetensi sosial merupakan kemampuan dalam menjalin hubungan sosial secara langsung maupun menggunakan media di sekolah dan luar sekolah.



Jumat, 24 Mei 2013

Digital Talking Book


DIGITAL TALKING BOOK

What is a Digital Talking Book (DTB)?

At its most basic level, a Digital Talking Book is an audio representation of a print publication which is designed to further enable individuals with print disabilities. DTBs consist of a series of XML-based files, containing the full text playable in synchronized speech as well as in electronic form. These files are coordinated to provide a feature-rich experience for readers with a wide range of print disabilities. A DTB is intended to provide enhanced access to documents above and beyond the standard audio book.
How is a DTB different than an audio book?
DTBs have all the benefits of regular audio books, but they are superior when it comes to navigating the content and displaying synchronized text. Whereas analog audio books must be manually manipulated to find specific sections, DTBs provide enhanced multimedia access to the content for people who are blind or otherwise visually-impaired, giving them ready access to particular sections of the book.
A DTB synchronizes the text and audio portions of the book, and has the following features:
·         Navigation
·         Skippability
·         Escapeability
·         Generates electronic Braille
·         Visual reinforcement for low-vision

What are the different types of DTBs?
There are three types of DTBs: Audio and full text, audio with navigation, and text only. All three types can be played with players with text-to-speech (TTS)-enabled, such as ReadHear™. Non-TTS players can only play the first two types, however, as they lack the ability to synthetically generate speech. A brief description of each type is as follows:
·         Audio and full text: The most complete form of a DTB, containing the entire text of a document as recorded audio and as electronic text.
·         Audio with navigation: This form of DTB is effectively an enhanced audio book, with the entire document as recorded audio plus the additional navigation features of DTBs. This format is most commonly created by Recording for the Blind and Dyslexic (RFB&D).
·         Text only: Text only DTBs provide all of the content of a DTB, including navigation and display options, but lack any pre-recorded audio. These DTBs are often rendered using TTS for full audio playback.
        
        DTB (Digital Talking Book)
Digital Talking Book (DTB) adalah salah satu bentuk aplikasi standar DAISY yang paling umum dewasa ini. Dengan adanya DAISY DTB, buku bicara yang direkam secara analog mulai tergantikan. DAISY DTB memberikan kemudahan pada pengguna DAISY untuk dapat mengakses seluruh bagian buku dengan mudah seperti misalnya mengakses bab, subbab, atau halaman yang diinginkan. Dengan kemudahan ini penyandang tunanetra akan mendengar buku bicara dengan leluasa layaknya seseorang yang normal membaca buku cetak konvensional.



Tema Hari Lingkungan Hidup 2013

5 JuniHari Lingkungan Hidup Sedunia


Ubah Perilaku dan Pola Konsumsi untuk Selamatkan Lingkungan

(Tema Hari Lingkungan Hidup 2013)


Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang akan diperingati setiap tanggal 5 Juni. Peringatan ini dimaksudkan untuk menggugah kepedulian manusia dan masyarakat pada lingkungan hidup yang kian hari kian rusak. Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini awalnya dicetuskan pada tahun 1972 sebagai rangkaian kegiatan lingkungan oleh salah seorang senator Amerika Serikat, Gaylord Nelson yang dari dua tahun sebelumnya menyaksikan betapa kotor dan cemarnya bumi oleh ulah manusia.
Selanjutnya, beliau mengambil prakarsa bersama LSM yang bergerak dibidang lingkungan hidup untuk mempelopori satu hari bagi usaha penyelamatan bumi dari jurang kerusakan. Dari Konferensi PBB mengenai lingkungan hidup yang diselenggarakan pada tanggal 5 juni 1972 di Stockholm, Swedia. Akhirnya tanggal 5 Juni tersebut ditetapkan sebagai hari Lingkungan Hidup Sedunia.
============
Di saat Planet bumi kita berjuang menyediakan sumberdaya (tanah, air, pangan, energi, dll)  untuk mempertahankan 7 miliar penduduknya, pada saat bersamaan setiap tahunnya  1/3  dari pangan yang diproduksi di dunia  – sekitar 1,3 miliar ton – terbuang dan menjadi limbah! Fantastis!  Inilah ironi dari sebuah peradaban manusia dimana limbah makanan menjadi salah satu kontributor terbesar dampak lingkungan. Maka bayangkan ketika planet yang kita tempati ini enggan menyediakan lagi sumberdayanya. Apa pula yang akan terjadi?
1,3 miliar ton limbah makanan tersebut,  negara-negara industri menyumbang limbah makanan sebesar 670 juta ton setiap tahunnya, yang jika dikonversikan ke dalam nilai uang setara dengan 680 miliar Dolar AS. Adapun  negara-negara berkembang menyumbang limbah makanan sekitar 630 juta ton setiap tahunnya, atau setara dengan 310 miliar Dolar AS.
Fakta lain, penduduk di negara-negara kaya memiliki kebiasaan  membuang-buang makanan secara berlebihan dengan jumlah mencapai 222 juta ton per tahun. Jumlah tersebut adalah hampir sama dengan produksi pangan sub-Sahara Afrika  dengan total 230 juta ton.
Persoalan Lingkungan memang tidak dapat dilihat sebagai suatu persoalan yang berdiri sendiri, melainkan sangat terkait dengan perilaku manusia,terutama dalam memenuhi kebutuhannya.
Perubahan perilaku melalui gaya hidup telah mengubah pola ekstraksi sumberdaya alam dan energi yang ada. Manusia didorong untuk menggunakan sumberdaya alam secara berlebih dan tidak berkelanjutan.
Mengingat besarnya ketidakseimbangan gaya hidup masyarakat di negara kaya dengan negara berkembang serta akibat yang sangat buruk dari limbah makanan yang dihasilkan terhadap lingkungan, maka dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup SeDunia 2013 (World Environment Day 2013), UNEP bekerjasama dengan FAO (Food & Agriculture Organization)  tahun 2013 ini mengangkat tema:
Tema ini secara harfiah mengajak seluruh penduduk dunia untuk mengubah gaya hidup membuang-buang makanan.  Mengajak berpikir kembali sebelum membuang makanan karena hakekatnya makanan untuk dimakan/di konsumsi atau disimpan. Mengapa harus dilimbahkan?
Adapun tujuan dari tema “Think – Eat – Save” adalah mengajak penduduk dunia – termasuk anda – agar lebih sadar atas dampak lingkungan dari kebiasaan membuang-buang makanan dan lebih kritis serta bijak memilih makanan, karena bagaimanapun hal ini berkait dengan kemampuan alam menyediakannya untuk manusia.

Refresing Siswa Kelas VI tahun 2013

Sesuai dengan kesepakatan antara orang tua siswa dan pihak sekolah, siswa kelas VI melaksanakan refreshing alias jalan-jalan ke beberapa obyek wisata. Setelah berkoordinasi, diputuskan bahwa kegiatan refreshing ini mengambil tujuan Ketep Pass dan Taman Kyai Langgeng.
Alasan pemilihan tempat:
1. Jarak relatif dekat sehingga perjalanannya tidak memakan waktu yang lama. Waktu yang ada dapat digunakan seluas-luasnya di obyek wisata;
2. Di objek wisata tersebut terdapat unsur-unsur pendidikannya. Di Ketep Pass, siswa dapat menyaksikan film dokumenter mengenai aktifitas gunung berapi di volcano theatre;
3. Biaya yang dikeluarkan relatif murah/terjangkau.
4. Rute perjalanan tidak terlalu macet.

Acara refreshing dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 23 Mei 2013. Peserta berkumpul di SD Negeri Demangan Yogyakarta pukul 06.30 WIB. Setelah checking peserta, pukul 07.00 WIB rombongan mulai berangkat. Rombongan berjumlah 106 peserta dibagi dalam 2 bis besar. Pukul 08.50 WIB, rombongan SD Negeri Demangan tiba di Ketep Pass. Pukul 11.15 WIB perjalanan dilanjutkan ke Taman Kyai Langgeng. Semua kepenatan selama mengikuti persiapan Ujian Nasional terlepas di sejuknya lereng Gunung Merapi.

Pukul 15.00 WIB rombongan pulang ke Yogyakarta. Semua kenangan manis terukir di hati. Semoga keakraban dan rasa kekeluargaan yang terjalin dapat dipertahankan sampai akhir zaman. Semoga!